tepi pantai mailepet, siberut selatan

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten kepulauan yang terletak memanjang dibagian paling barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Tak heran jika ombak yang besar sering menyapa perjalanan kapal-kapal yang berlayar dan badai besar menerjang perjalanan menuju pulau-pulau di mentawai, terutama pada musim-musim badai yang memuncak di bulan desember. Tidak sedikit kapal yang harus balik ataupun berhenti melanjutkan perjalanan karena badai besar. Perjalanan ke pulau ini tergolong masih sulit tidak semudah ke pulau-pulau lain di Indonesia seperti wakatobi, maupun raja ampat. Kapal Gambolo yang beroperasi menuju pulau yang terbesar di sana yaitu siberut hanya berlayar di hari rabu sekitar jam 8 malam dari dermaga Bungus Padang jika tidak ada halangan berlayar dan jum’at dengan jam yang sama. Perjalanan bisa ditempuh sekitar 9-12 jam jika tidak ada badai dan cuaca memungkinkan pelayaran. Anda pun akan merasakan sensasi terombang-ambing di atas samudera semalam penuh yang bisa mengocok isi perut anda. Yah.. dan inilah perjalanan pertamaku naek kapal mengarungi samudera.

Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut. Hampir tiap hari turun hujan. Dan Alhamdulillah karena air bersih di sana tergolong sulit, jadi air hujan menjadi andalan utama dan benar-benar rahmat bagi kami. Jika beberapa hari saja tidak turun hujan meranalah nasib kami mencari air bersih. Karena kebanyakan air di sana berwarna persis seperti air teh tinggal dikasih gula saja.
Suku Mentawai sebagai penduduk utama di kabupaten ini, secara garis besar masyarakat ini tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang asal usul mereka, walaupun ada di antara mereka mengenal beberapa mitologi yang kadang agak kabur dan sukar dipercaya. Masyarakat setempat menyebut negeri mereka dengan nama Bumi Sikerei. Pantas saja kalau anda yang sedang mencari info googeling untuk sekedar pingin tahu atau mau mengadakan perjalanan ke sana tidak mendapati info yang cukup memadai. Namun jika anda gunakan kata kunci Sikerei akan lebih mudah menemukan pencarian anda daripada dengan kata mentawai. Di sana bisa anda dapati turis-turis asing yang gemar berselancar maupun serving. Bahkan konon katanya ada sebuah pulau yang sudah dibeli oleh warga asing atas nama salah seorang penduduk asli mentawai. Masayarakat yang gampang sekali diiming-imingi dengan hal yang remeh temeh dan sedikit uang.
Sebahagian besar penghuni pulau-pulau di kabupaten Kepulauan Mentawai berasal dari pulau Siberut. Namun sekarang sudah banyak pendatang terutama dari suku minang yang memenuhi sepanjang muara siberut. Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak kuno yaitu zaman neolitikum dimana pada masyarakat ini tidak mengenal akan teknologi pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam maupun seni tenun. Yang mereka tahu hanyalah mencari sagu makanan pokok suku mentawai. Berangkat pagi mencari sagu jika sudah dapat mereka tidak kerja lagi hanya duduk ngobrol ataupun bengong-bengong depan rumah sampai persediaan sagu mereka habis barulah keluar lagi ke hutan mencari sagu.
Masalah makanan mereka pun tidak kreatif dan tidak berani ataupun tidak mau berinovasi bumbu masakan hanya lah kadarnya cukup garam tidak ada rempah lainnya dengan nasi pokok mereka sagu yang dibungkus dengan daun sagu kemudian dibakar di dalam bambu. Padahal sagu bisa dikreasikan dengan berbagai menu makanan yang variatif nan lezat sebagaimana kita temukan di Sulawesi bisa sebagai kapurung yang dipadupadankan dengan aneka sayuran dan ikan maupun suwiran daging ayam.
Penduduk di kabupaten ini separuhnya adalah penganut animisme, kemudian sebagian beragama Islam dan Kristen. Dakwah di daerah sini memang tidaklah mudah karena memang masyarakat di sana tidak mengenal fanatisme agama, asalkan ada uang ataupun sumbangan berupa baju ataupun sedikit makanan seperti mie instant mereka dengan mudah keluar masuk agama. Setelah kemerdekaan masyarakat di kabupaten ini telah membaur dengan suku-suku bangsa lain yang ada di Indonesia terutama setelah kabupaten ini menjadi salah satu daerah transmigrasi.
Pusat pemerintahan dari kabupaten Kepulauan Mentawai adalah berada di Tuapejat, sebelah utara dari pulau Sipora.
Daerah ini memiliki potensi alam yang banyak, selain dalam bidang perkebunan, pertanian dan perikanan. Juga memiliki potensi untuk menjadi daerah kawasan wisata. Hasil laut merupakan salah potensi yang terus dikembangkan di kabupaten ini terutama ikan kerapu yang laku untuk di ekspor. Namun sangat disayangkan minimnya perhatian pemerintah dan sumber daya manusia local yang yang sangat buruk. Sebuah daerah dan masyarakat tidaklah maju kecuali jika penduduk aslinya mau berkembang dan bekerja keras membuka akses jalur untuk keluar. Sebagaimana bangsa dan umat terdahulu mereka maju dan berkembang karena mempunyai kebudayaan tinggi dan jiwa transformative. Sebanyak apapun sumbangan, bantuan, dakwah, tidaklah berhasil optimal dan tidak berarti jika masyarakatnya enggan dan tidak mau merubah diri dan pola pikir mereka. Yang ada mereka akan kembali kepada asal jati diri mereka lagi الأصل بقاء ما كان على ما كان
Semoga dakwah di bumi mentawai membawa hasil yang berarti dengan hidayah dan pertolongan Allah SWT. Dakwah Dien Islam, dakwah pola pikir, kehidupan dan penghidupan.

pompong nelayan lokal di pinggiran pantai[/caption]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
/*Mulai*/ /*Akhir*/