Pendahuluan : Macam-macam penyakit.Penyakit hati (jiwa dan setan) dan penyakit tubuh/fisik serta bagaimana penyembuhannya.
Ilmu kedokteran dan pengobatan sekaligus profesinya menduduki kedudukan penting dan tinggi diantara ilmu-ilmu lainnya, begitu juga sang ahli dalam bidang tersebut. Terdapat keterkaitan atau hubungan yang sangat erat antara kedokteran dan kehidupan manusia, siapa diantara kita manusia yang tidak pernah sakit…? Setiap manusia pasti mengalami sakit kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah. Betapa banyak orang-orang yang bergegas mencari pengobatan dengan mengeluarkan biaya yang sangat besar, dan itu semua teramat sangat kecil nilainya dari pada nikmat berupa kesehatan itu sendiri.
Imam Syafi’i berkata: ”Sesungguhnya ilmu itu terbagi menjadi dua, ilmu agama dan ilmu dunia. Ilmu agama yaitu ilmu fiqh dan ilmu dunia adalah ilmu kedokteran”. Dalam riwayat kedua Imam Syafi’i berkata: “Aku tidak mengetahui setelah ilmu halal dan haram itu lebih mulia daripada ilmu kedokteran, kecuali para ahli kitab telah melampaui kita dalam dalam ilmu kedokteran tersebut” fakta membuktikan banyak dokter yang ahli di bidangnya non muslim.
Berdasarkan hal tersebut, musuh-musuh Islam teramat sangat memperhatikan perbedaan ras, suku, warna kulit, dan negara, dalam memperoleh ilmu kedokteran. Mereka sangat fanatik dalam hal ini berusaha menghina dakwah Islam, bahkan mengeluarkan muslim dari agamanya sehingga hidup tanpa pondasi agama. Salah seorang musuh Islam berkata: “Ketika kamu dapati seseorang itu mengidap penyakit, maka pastilah membutuhkan pengobatan. Dan sejauh mana kebutuhan akan pengobatan disitulah momen yang tepat untuk mendakwahkan agamanya (misionaris)”.
Hal yang sangat membahagiakan, beberapa tahun terahir ini banyak pemuda muslim yang banyak diterima kuliah jurusan ilmu kedokteran. Dan kita juga menemukan pemuda dan pemudi sholeh menduduki kedukukan dan profesi tersebut. Dengan begitu mereka akan menyamai musuh-musuh Islam dalam bidang keilmuan dan profesi kedokteran. Mereka pemuda pemudi muslim memang layak akan hal tersebut.

Mereka belajar, mendapatkan ilmu, kemudian mempraktekkannya serta mengajarkannya. Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat dan menjadikan mereka orang yang bermanfaat dengan ilmu tersebut, mereka memadukan pengobatan pasiennya dengan pengobatan hati dan pengobatan fisik, dan hal tersebut merupakan obat yang sangat ampuh dan efektif. Selamat… bahagia… dan bangga atas kebangkitan pemuda muslim, maka sudah sepatutnya bagi kita untuk berpartisipasi dalam mewujudkan angan-angan dan cita-cita mereka.
Saudaraku sekalian, sesungguhnya dokter muslim mempunyai pengaruh sangat besar dalam peribadatan. Beberapa fatwa syar’i didasarkan atas perkataan dan ketetapan seorang dokter. Sebagai salah satu contoh, Imam Nawawi berkata: “Diperbolehkan bagi seorang yang sakit untuk mengambil keringanan bertayamum atas dasar sifat penyakitnya akan semakin parah dari anggapan dirinya sendiri dan jika tidak maka berdasar atas perkataan dokter yang kredibilitas (muslim, dewasa, dapat dipercaya). Jika tidak didapati dokter dengan kriteria tersebut maka tidak dibenarkan untuk dijadikan sandaran maupun acuan. (kitab al majmu’ imam an nawawi)
Di sini Saya berwasiat sebagaimana wasiat yang telah disampaikan oleh para ahlul ilmi terdahulu dan sekarang bagi para dokter dan perawat muslim:
1. Bekerjahlah dengan Ikhlas karena Allah SWT semata, bukan untuk mendapatkan gaji dan pangkat yang tinggi, akan tetapi niat untuk membantu penyembuhan penyakit dengan izin Allah SWT,serta senantiasa berbuat baik kepada pasien. Niat tulus akan berdampak pada kinerja yang bagus begitu juga sebaliknya.
2. Senantiasa mengingatkan pasien untuk bertaubat, beristigfar, dan memperbanyak dzikir juga membaca Al qur’an khususnya dua kalimat yang diajarkan oleh Rosulullah SAW: “Dua kalimat yang sangat ringan di lisan namun berat timbangannya dan dicintai oleh Allah SWT Subnallah wa bihamdihi subnallahil ‘adzim”. Orang yang sakit tidak akan merasa berat untuk mengucapkannya. Sarankan untuk mengisi waktunya dengan membaca dua kalimat ini.
3. Jika salah seorang pasien akan menemui ajalnya, maka sebagai seorang dokter atau perawat yang baik adalah mentalqinkannya dengan kalimat syahadat Laa ilaha illallah. Rasullah SAW bersabda: “Tuntunlah orang yang akan meninggal dengan kalimat Laa ilaaha illallah”. Menuntun talqin dengan sangat lembut meskipun si pasien adalah orang kafir tuntunlah dengan kalimat Laa ilaaha illallah. Sesungguhnya Rasulullah SAW mentalqin pamannya Abu Thalib ketika datang ajalnya “Wahai pamanku katakanlah Laa ilaaha illallah suatu kalimat yang akan aku pergunakan untuk menyelamatkan engkau di sisi Allah”.
Rosulullah mengunjungi seorang pemuda Yahudi di Madinah yang sedang mendekati waktu ajalnya, kemudian beliau mengajaknya untuk masuk Islam, sang pemuda menoleh ke ayahnya seakan meminta izin kepadanya. Sang ayah berkata kepadanya taatilah Abul Qosim (Rosullah) maka ia masuk Islam. Rosulullah berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menolongnya dari api neraka”.
4. Menanyakan kepada pasien bagaimana pasien sholat, bagaimana bersuci dan mengajarkannya sesuai dengan ilmu yang ia miliki. Karena beberapa orang yang sakit tidak bersuci sebagaimana mestinya. Sebagian orang yang sakit pakaiannya terkena najis dan ia tidak memperdulikannya, dia berkata nanti kalau saya sembuh saya akan bersuci dan sholat. Sebagian mereka mengqosor sholat padahal bukan musafir. Ia mengira bahwa orang sakit diperbolehkan menjama’ dan mengqosor sholat. Padahal hal ini tidak benar. Karena sesungguhnya qosor diperbolehkan bagi musafir saja. Jika pasien adalah penduduk Riyadh misalnya, maka kita katakan kepadanya tidak mengapa bagimu untuk menjama’ dua sholat jika berat bagimu menjalankan pada waktunya masing-masing, akan tetapi tidak boleh mengqosornya. Namun jika pasien berasal dari negara lain dan berobat di Riyad maka katakan ke pasien boleh mengqosor dan menjama’ karena sudah terhitung musafir.
5. Jika pasiennya lawan jenis dan keadaan urgent seorang laki-laki mengobati perempuan atau sebaliknya, maka hindarilah fitnah. Jangan melihat sesuatu darinya kecuali yang dibutuhkan untuk pengobatan. Berbicara dan bertindak seperlunya, karena setan mengalir mengikuti peredaran darah anak Adam. Kadang orang mengatakan tidak mungkin di tempat seperti ini terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tapi siapa yang bisa menduga… kalau syaithan sudah merasuk dan menggoda manusia, apapun bisa terjadi bukan??? Dan ini hal yang sangat mungkin.
6. Selalu berpesan dan senantiasa menganjurkan pasien untuk shalat menghadap kiblat, bahkan jika memungkinkan sampai menggeser dan mengubah posisi ranjang. Namun jika tidak memungkinkan katakanlah pada pasien “ bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada”. Allah SWT berfirman : “dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui”. Allah SWT berfirman : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Allah SWT berfirman : “ bertaqwalah semampumu”. Dan hiburlah hatinya, jika memang sudah menjadi kebiasaannya ketika sehat dia shalat menghadap qiblat maka Allah memberikan baginya pahala utuh sebagaimana waktu ia sehat dengan menghadap qiblat. Sesuai sabda Rasulullah SAW : “ Jika seorang hamba sakit atau bepergian diberikan baginya pahala amalnya sesuai yang ia kerjahkan ketika sehat dan mukim”.
7. Jika pasien berada di satu kamar dengan pasien yang lain, maka hendaklah menasehati mereka agar tidak mengganggu satu sama lain dengan mendengarkan rekaman atau radio, ataupun membaca al- qur’an dengan suara keras. Nabi SAW berkata kepada sahabatnya, ketika sebagian mereka mengangkat suara sedang yang lainnya sedang shalat : “ janganlah kalian mengganggu satu sama lain dengan bacaan kalian”.
8. Jangan terlalu banyak berbicara atau bersenda gurau dengan para perawat perempuan kecuali dhorurot dan seperlunya saja, seraya menundukkan pandangan. Karena hal ini sangat berbahaya dan bisa menimbulkan hal-hal buruk. Namun jika mendesak maka tidak mengapa dengan menundukkan pandangan sebisa mungkin.
9. Disiplin waktu kerja, tidak sering bolos, tidak pulang sebelum jam kerja berahir. Karena anda mendapatkan bayaran atas tiap menit waktu kerja. Jangan terlambat datang kerja begitupula jangan bergegas pulang sebelum waktunya. Manusia menanggung amanahnya.
10. Beriman dan yakinlah bahwa sesungguhnya pekerjaan dan profesimu, dalam hal ini sebagai dokter ataupun ahli pengobatan ( perawat,bidan,dsb) hanyalah sebab dan washilah, karena segala sesuatunya ada di tangan Allah SWT. Betapa banyak orang yang telah berusaha dan mengupayakan pengobatan dan kesembuhan dengan optimal namun tidak mendapatkan hasil apapun. Kalau kita perhatikan sebuah hadist yang berbunyi : “ habbah sauda’ (jintan hitam) adalah obat dari segala penyakit kecuali mati”. Maka tidak ada orang yang sakit, akan tetapi permasalahannya tidak hanya sampai di situ, ia hanyalah sebab. Sedangkan sebab yang ada dampaknya bisa berbeda karena ada suatu penghalang. Walaupun anda seorang yang professional dan ikhlas, namun kadang buah dari pekerjaan dan amal anda berbeda dan tidak sesuai dengan apa yang anda harapkan. Maka ketahuilah sesungguhnya segala sesuatunya ada di tangan Allah SWT.
11. Senantiasa memulai pekerjaan apapun dan mengobati pasien dengan membaca basmalah. Karena setiap amalan atau pekerjaan yang tidak dimulai dengan basmalah terputus berkahnya.

Saya tutup dengan perkataan Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibbun Nabawi” hal 29 : “ sesungguhnya pengobatan ala Nabi SAW itu pasti dan meyakinkan, bersumber dari wahyu Ilahi, dan lentera kenabian, serta kesempurnaan akal. Sedangkan pengobatan selain dari Nabi SAW itu hanyalah prediksi, parduga dan bedasarkan eksperimen, tidak dipungkiri betapa banyak manfaat yang diperoleh penderita dari pengobatan ala Nabi SAW. Telah banyak orang yang menerima serta mengakui dan mengambil manfaat darinya, dan menyakini akan kesembuhan.
Kesempurnaan kesembuhan didapat dengan menyakini dan mentaati bahwa inilah Al – Qur’an sang penawar dan penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, namun jika tanpa dilandasi dengan keyakinan tersebut penyembuhan hati tidak akan diperoleh. Sebaliknya hanya meningkatkan orang-orang munafiq dalam kejahatan di atas kejahatan mereka, penyakit atas penyakit mereka. Di mana letak pengobatan badan itu sendiri, sedangkan pengobatan ala Nabi tidak cocok kecuali untuh tubug yang baik, sebagaimana Al-Qur’an adalah obat dan penawar namun tidak cocok kecuali hanya untuk jiwa-jiwa yang baik, suci dan hati yang hidup. Berpalingnya manusia dari pengobatan ala Nabi (dalam hal tubuh) sebagaimana keberpalingan mereka atas mencari obat dari Al-Qur’an yang mana merupakan obat yang sangat bermanfaat. Berpaling bukan karena keterbatasan dan kekurangan dalam pengobatan, akan tetapi karena buruknya tabiat, disposisi tubuh serta penolakan”. Wallahul muwaffiq
Translated by Ainur Rohmawatin, Lc

Materi disampaikan dengan bahasa arab di Rumah Sakit Umum Bahteramas, Kendari Sulawesi Tenggara

oleh Syaikh Adel Ali Al Furaidan (penyusun Buku Al Muntaqha Fatwa- fatwa Syaikh Sholeh Fauzan dan Penasehat Menteri Dalam Negeri Kerajaan Saudi Arabiyah, 28 September 2014

3 Komentar

  1. […] Dengan belajar agama kita mengetahui apa larangan dan perintah dalam syariat islam. Sesungguhnya dokter dan ahli pengabatan muslim yang faqih ( mengerti hukum-hukum agama) teramat sangat mulia dan banyak […]

    BalasHapus
  2. Salehazizah Salam14 Maret, 2015

    Alhamduliilah,selalu diingatkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
/*Mulai*/ /*Akhir*/