Rusaknya dien (agama)  karena dua hal yaitu : Fitnah syahwat dan syubhat
Betapa Al Qur'an telah mengatur semua aspek kehidupan manusia. Salah satunya urusan mendidik anak atau bahasa nge-trend nya sekarang adalah parenting.

Nasehat orang tua  kepada anak terdapat pada surat Luqman "ya bunayya laa tusyrik billah... innassyirka ladzulmun 'adzim" larangan untuk mnyekutukan Allah SWT.  Dalam ayat tersebut jelas menggunakan bahasa larangan kepada anak. Namun banyak timbul Ketakutan orangtua sekarang dalam menggunakan kata jangan pada anak. Inilah syubhat yang terjadi pada kaum muslimin.
Beberapa hal yang dianggap ilmiah itu sebenarnya mengandung unsur syubhat.
Syubhat pertama : "apakah betul kesedihan ibu menjadikan anak bodoh?"
Kita lihat anak-anak di Gaza. Betapa banyak wanita yang sedih karena mengalami penderitaan kehilangan sang suami atau anak laki-lakinya di medan perang. Namun mereka mencetak terus generasi yang unggul, cerdas serta hafal Al Qur'an.  Dan imbasnya banyak hal yang ditawarkan pada muslimah berbagai aktifitas syubhat.
Ahirnya berasumsi bahwa yang menjadikan anak pintar adalah gizi dan musik.
Syubhat kedua : "Betulkah musik moza menjadikan anak genius?"
Kalau saja benar seharusnya kita sudah berhasil mencetak generasi yang genius, anak-anak yang tidak stres dalam menghadapi Ujian Nasional, tidak kita dapati seorang anak bunuh diri karena tidak siap mengikuti UN. Ini adalah soal bisnis bukan masalah ilmiah. Tidak ada satupun bukti penelitihan ilmiah yang membuktikan hal tersebut. Yang terjadi justru musik memiliki efek negatif salah satunya musik menjadikan stimulan membangkang bagi anak.
Syubhat ketiga : "Apakah betul membacakan buku dongeng menjadikan anak genius?" Faktanya terlali banyak mendiktekan dongeng pada mereka sewaktu kecil justru menjadikannya kehilangan antusiasme belajar pada usia remaja.
Tidak ada kegeniusan mendadak. Imam syafi'i menjadi pribadi luar biasa karena kegigihanya yang luar biasa.

Syubhat keempat : "Bagaimana dengan fingerprint test?" Yang mana menghasilkan istilah-istilah tipikal anak dengan klasifikasi koleris, sanguis, melankolis, yang mana itu adalah istilah yunani kuno. Dari segi aqidah kita hawatirkan itu Tathoyyur,  hal tersebut tidak ada hubungan apapun dengan kecerdasan otak anak.
Syubhat ke-lima: "Juga pembagian kemampuan anak berdasarkan otak kanan dan otak kiri, yang mana tidak berkaitan dengan pembelajaran". Secara medis ada tapi secara psikologi ini adalah mitos.
Kalau kita percaya betul dengan mitos ini bisa tumpul iman.
Syubhat ke-enam : "Benarkah tak ada anak bermasalah?" Bukan berarti tidak ada sama sekali anak nakal. Sehingga timbul syubhat anak nakal atau baik itu tergantung persepsi kita. Tidak ada anak nakal tapi banyak terjadi kejahatan oleh anak. Hal ini merupakan kontradiksi yang nyata.  Menghapuskan kenakalan maka harus diketahui sebab, akar, gejala dan sumbernya.

Disampaikan oleh : ustadz Muhammad Fauzil Adzim di Masjid Islamic Center Muadz Bin Jabal Kendari, 11 Maret 2015

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
/*Mulai*/ /*Akhir*/