1. Jangan berbuat syirik
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah (berbuat syirik) sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang sangat besar.”



2. Berbakti kepada kedua orangtua (birrul walidain)
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Kemudian Luqman menggandengkan perintah untuk beribadah hanya kepada-Nya dengan berbuat baik kepada kedua orangtua karena besarnya hak keduanya. Seorang ibu mengandung anaknya dengan susah payah sedangkan seorang ayah menanggung nafkahnya, maka seharusnya seorang anak bersyukur kepada Allah Azza wajalla dan kepada kedua orangtuanya.

3. Berbuat baik kepada kedua orangtua
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya jika keduanya memaksamu agar engkau mengikuti agama keduanya (selain Islam), maka janganlah engkau terima. Namun janganlah hal itu menghalangimu dari bergaul dan berbakti kepada keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang beriman.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/446)

Hal ini dikuatkan dengan sabda nabi Shallallahu’alaihi wasallam,
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu (hanya boleh) dalam hal kebaikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu)



4. Tidak ada yang tersembunyi dari Allah Subhanahu wata’ala
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Ibnu Katsir berkata, “Jika ada kezhaliman atau kesalahan sebesar biji sawi, niscaya Allah Azza wajalla akan mendatangkannya pada hari kiamat ketika diletakkan timbangan keadilan. Allah Ta’ala akan membalasnya. Jika amalannya baik maka baiklah ganjarannya, dan jika jelek maka jeleklah pula balasannya.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/446)



5. Tegakkan shalat
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ

“Hai anakku, dirikanlah shalat.”
Kerjakanlah secara khusyu’ dengan rukun-runkunnya dan kewajiban-kewajibannya.

6. Amar ma’ruf nahi munkar
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَر

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar.”
Dengan kelembutan dan ramah tanpa kekerasan.

7. Sabar atas musibah yang menimpa
وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ

“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.”

Telah diketahui bahwa orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar maka dia akan mendapatkan gangguan. Oleh karena itu, Luqman memerintahkan putranya untuk bersabar. Ini pula pengajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخاَلِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الَّذِي لاَ يُخاَلِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada orang yang tidak mau bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (Dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 300: Shahih)
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ

“Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Maksudnya, bersabar terhadap gangguan manusia benar-benar merupakan perkara yang diwajibkan.



8. Jangan kau palingkan mukamu dari manusia
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong).”

Ibnu Katsir mengatakan, “Jangan engkau memalingkan wajahmu dari manusia apabila engkau berbicara dengan mereka, atau (ketika) mereka mengajak bicara denganmu, karena meremehkan dan sombong terhadap mereka. Akan tetapi ramahlah terhadap mereka yakni dengan wajah ceria.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/446)

Nabi Shallallahu’alaihi wasalam bersabda,
تَبَسَّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah shadaqah.” (Shahih, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya)

9. Jangan angkuh lagi sombong
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.”
Yakni angkuh, sombong, sewenang-wenang, dan menentang. Jangan engkau berbuat demikian, karena Allah Azza wajalla akan murka kepadamu. Oleh karena itu Allah Azza wajalla berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”



10. Berlakulah sederhana
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.”
Yakni sedang, tidak terlampau cepat tidak pula terlalu lambat.

11. lunakkan suaramu
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ

“Dan lunakkanlah suaramu.”
Yakni janganlah berlebihan dalam berbicara, jangan mengeraskan suara kalau tidak ada faidahnya. Oleh karena itu Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Mujahid berkata, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Yakni sangat keras suaranya. Ia diserupakan dengan keledai dalam tinggi dan kerasnya. Inilah yang dibenci Allah Azza wajalla. Disamakannya dengan keledai menunjukkan haram dan tercelanya perbuatan itu, karena Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السُّوءِ، الْعَاىِٔدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيىِٔهِ

“Bukan termasuk kami permisalan yang jelek, seorang yang mengambil kembali pemberiannya seperti anjing yang menjilat muntahannya.” (Riwayat Bukhari)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
/*Mulai*/ /*Akhir*/