*Kajian Siroh Nabawiyah 9*
*الرحيق المختوم*
*Karya Syaikh Shofiyyurrahman Al Mubarokfuri*
==================

*Wahyu mengalami masa vakum*

Mengenai masa vacuum mengenai masa vqkum ini, menurut riwayat Ibnu Saad dari Ibnu Abbas terdapat informasi bahwa ia hanya berlangsung selama beberapa hari. Pendapat inilah yang kuat bahkan dapat dipastikan, setelah mengadakan penelitian dari segala aspeknya. Adapun riwayat yang masyhur bahwa hal itu berlangsung selama 3 tahun atau 2 tahun setengah tidaklah benar sama sekali, namun di sini bukan momen yang tepat untuk membantunya secara terperinci.
Pada masa vakum tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dirundung kesedihan yang mendalam dan diselimuti oleh kebingungan dan kepanikan.
Dalam kitab at Ta'biir, Imam Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut:
“Berdasarkan informasi yang sampai kepada kami, Wahyu pun mengalami masa vacuum sehingga membuat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sedih dan berulang kali berlari kencang agar dapat terjerembab dari puncak puncak gunung, namun setiap beliau mencapai puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, Malaikat Jibril menampakkan wujudnya Seraya berkata “wahai Muhammad! Sesungguhnya engkau adalah benar-benar utusan Allah”! Spirit ini dapat menenangkan dan menstabilkan kembali jiwa beliau, lalu Beliau pulang. Namun manakala masa vacuum itu masih terus berlanjut beliaupun mengurangi tindakan sebagaimana sebelumnya, dan ketika dia mencapai puncak gunung Malaikat Jibril kembali menampakan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya”.
جبريل عليه جبريل عليه السلام turun kembali membawa wahyu

Ibnu Hajar berkata “adanya masa vacuum itu bertujuan untuk menghilangkan ketakutan yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan membuatnya penasaran untuk mengalaminya kembali”. Ketika itu benar-benar terjadi pada beliau, dan beliau mulai menanti-nanti datangnya Wahyu, maka datanglah Malaikat Jibril untuk kedua kalinya.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah bahwasannya dia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menceritakan tentang masa vacuum itu, beliau bertutur, “ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari arah langit lalu aku mendongakkan pandangan ke arah langit, ternyata malaikat yang telah mendatangiku ketika di gua hiro sekarang duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun terkejut karenanya hingga aku tersungkur ke bumi kemudian aku pulang kepada keluargaku sembari berkata, selimuti lah aku! Selimutilah aku! Lantas mereka menyelimutiku, maka Allah menurunkan firman-nmaka Allah menurunkan firman-Nya
“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan, dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa menyembah berhala Tinggalkanlah” (Al Muddastir 1-5)
Setelah itu turun Wahyu secara berkesinambungan dan teratur.
Dalam Shahih Bukhari disebutkan “Aku tinggal di Gua Hira selama sebulan. Lalu tatkala aku sudah selesai melakukan itu maka aku turun gunung. Dan ketika aku berada di sebuah Lembah ada suara yang memanggilku....”

Ayat tersebut turun setelah beliau menjalani bulan Romadhon dengan demikian, berarti masa vacuum antara dua Wahyu tersebut berlangsung selama 10 hari, sebab beliau Shallallahu Alaihi Wasallam tidak menjalani Ramadhan berikutnya di sana setelah Turunnya wahyu pertama.
Ayat-ayat tersebut merupakan permulaan dari masa kerasulan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam, di mana datang setelah masa kenabian yang berjarak rentang masa vacuum Turunnya wahyu. Ayat-ayat tersebut mengandung dua jenis taklif (tugas syariat) beserta penjelasan dan konsekuensinya.
Jenis pertama adalah menugaskan beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar menyampaikan (al balagh) dan memberi peringatan (at tahdzir) saja, hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala “bangunlah! Lalu berilah peringatan!” (al Muddastir:2) makna ayat ini peringatkan la manusia akan azab Allah atas mereka jika mereka tidak bertaubat dari perbuatan mereka yang berupa dosa, kesesatan, beribadah kepada selain Allah yang Maha Tinggi serta berbuat Syirik kepada Nya, dalam dzat, sifat -sifat, hak-hak dan perbuatan-perbuatanNya.
Jenis kedua adalah mentaklif beliau Shallallahu Alaihi Wasallam agar menerapkan semua perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala terhadap diri Nya dan berkomitmen terhadap nya dalam diri beliau agar mendapatkan keridhaan Allah dan menjadi suri tauladan yang baik bagi orang yang beriman kepada nya. Hal ini tercermin pada ayat ayat berikutnya : firman Allah SWT “Dan Rabb mu agungkanlah!” (Al Muddastir:3). Maknanya adalah khusus kan lah pengagungan hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan janganlah menyekutukan Nya dengan seorang pun.
Dan firman Nya “dan pakaianmu bersihkanlah!” (al Muddastir:4) Makna lahiriahnya adalah membersihkan pakaian dan jasad sebab tidaklah layak bagi orang yang mengagungkan Allah dan menghadap kepada Nya dalam kondisi berlumur najis dan kotor. Manakala kebersihan ini dituntut untuk dilakukan, tentu kesucian atau kebersihan diri dari virus-virus syirik, pekerjaan dan akhlak yang hina lebih utama untuk dituntut.
Dan firman Nya “dan perbuatan dosa atau menyembah berhala Tinggalkanlah!” (al Muddastir:5) maknanya adalah jauhilah faktor-faktor yang dapat menyebabkan turunnya kemurkaan Allah dan Azab Nya, yaitu dengan senantiasa taat kepada Nya dan tidak berbuat maksiat terhadap Nya.
Juga Firman Nya “dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak!” (al Muddastir:6) yakni janganlah kamu berbuat baik karena menginginkan upah dari manusia atasnya atau balasan yang lebih utama di dunia ini.
Sedangkan ayat yang terakhir di dalamnya mengandung peringatan akan terjadinya perlakuan tidak baik dari kaumnya Ketika Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berbeda agama dengan mereka, mengajak mereka kepada Allah semata dan memperingatkan mereka akan azab dan siksaan Nya. Karenanya Ayat tersebut berbunyi “dan untuk memenuhi perintah Rabbmu Bersabarlah!” (al Muddastir:7)
Permulaan ayat ayat tersebut dari surat al-muddassir berbicara tentang panggilan langit nan Agung melalui suara Dzat yang maha besar dan Maha Tinggi yang menyeru Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam agar melakukan urusan yang mulia ini dan agar meninggalkan tidur, berselimut dan ber hangat-hangat guna menyongsong Panggilan Jihad, berjuang dan menempuh jalan penuh ranjau. Hal ini tergambar dalam firman Nya “Hai orang-orang yang berselimut bangunlah! Lalu berilah peringatan! (Al Muddastir:2)
Seakan-akan dikatakan Kepada beliau Shallallahu Alaihi Wasallam “Sesungguhnya orang yang hanya hidup untuk kepentingan dirinya saja bisa saja hidup tenang dan nyaman Sedangkan engkau yang memikul beban yang besar ini bagaimana mungkin kau tidur? Bagaimana mungkin engkau istirahat? Bagaimana mungkin engkau menikmati permadani yang hangat? Hidup yang tenang dan kesenangan yang membuaikan? Bangkitlah untuk melakukan urusan Maha penting yang sedang menunggumu dan beban berat yang dipersiapkan untuk mu! Bangkitlah untuk berjuang, ber giat-giat, bekerja keras dan ber letih letih! Bangkitlah! Karena waktu tidur dan istirahat sudah berlalu dan Sejak hari ini tidak akan kembali lagi. Yang ada hanyalah mata yang bergadang terus menerus jihad yang panjang dan melelahkan. Bangkitlah! Persiapkan diri menyambut urusan ini dan bersiaga la persiapkan diri menyambut urusan ini dan bersiagalah!”
Sungguh ini merupakan ucapan Agung dan karismatik yang seakan melucuti diri beliau Shallallahu Alaihi Wasallam dari kehangatan permadani di suatu rumah yang nyaman dan dari dekapan yang hangat untuk kemudian melemparkannya keluar menuju Samudera luas yang diselimuti oleh Deru ombak dan hujan yang mengguyur. Samudra di mana antara tarik-menarik di dalam Perasaan perasaan manusia dan realitas hidup menjadi sama saja.
Maka Bangkitlah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyampaikan dakwah dan terus melakukannya setelah datangnya perintah itu selama lebih dari 20 tahun Tanpa sempat beristirahat maupun menikmati hidup untuk kepentingan dirinya maupun keluarganya. Bangkit dan tetap bangkit menegakkan dakwah kepada Allah, mengembangkan dipundaknya beban yang amat berat dan syarat, namun beliau tidak merasa berat dan terbebani beban yang sangat besar di muka bumi ini, beban umat manusia secara keseluruhan, beban aqidah secara keseluruhan dan beban perjuangan dan Jihad di Medan Medan yang berbeda. Beliau hidup menghadapi pertempuran terus-menerus yang tiada henti selama lebih dari 20 tahun. Selama tenggang waktu ini tidak satupun hal yang dapat membuatnya lengah yaitu sejak beliau mendengar panggilan langit nan Agung yang beliau terima darinya tugas yang mendebarkan. Semoga Allah membalas jasa beliau terhadap manusia secara keseluruhan dengan sebaik baik imbalan.
Lembaran-lembaran berikut tidak lebih sekedar miniatur sederhana dari perjuangan panjang beliau yang melelahkan sepanjang kurun waktu tersebut.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
/*Mulai*/ /*Akhir*/